Minggu, 13 Februari 2011

3. Kenangan yang belum terlupakan (part 1)

Dalam hidup memang ada berbagai macam cerita, ada yang suka dan ada yang duka.
Kenangan2 yang belum terlupakan sangat penting untuk dicatat agar tetap terkenang. Itulah yang sekarang sedang kukerjakan.
Kali ini ceritaku akan lebih berkaitan dengan sekolah dan teman-teman sekolah.
Mulai dari kelas 1 SD sewaktu ak masih di Bali. Aku nggak terlalu mengerti sebenernya anak tipe apakah aku ini, tapi memang harus diakui bahwa dari kecil ak termasuk anak yang galak.
Waktu itu ak duduk di paling depan di deretan tengah. Ak masih ingat wali kelasku,
Bu Lidya sedang mengajar PPKN (klw tidak slah) dan teman sebangkuku adalah Yeremia. Dia anak cino dan aku nggak begitu nyambung ngomong sama dia (ya walaupun 25% aku juga cino). Waktu itu ada soal yang menanyakan seorang ayah bekerja untuk mencari… Ak menjawab ‘uang’,
Lalu Yeremi berkata “Jawabanya yang bener nafkah.” “Tapi uangkan jga bener?!”
jawabku.“Iya, jawabanya tu yang bener nafkah”balasnya lagi.
“Tapi memangnya kenapa klw ak jawab uang?!” begitulah seterusnya, hingga ak sangat jengkel dan mencubit tangannya dengan cukup keras. Serentak ia berkata
“Jangan cubit ak lagi!”. Ak diam saja, ak gak mw dengerin dia lagi dan mengalihkan pandanganku.
Tak brapa lama kemudian Bu Lidya memanggilnya, dan ak tetap tidak memperhatikan
karna asyik dengan mainan kertas yang baru saja kubuat dengan kertas bekas orek2anku.
Hingga kudengar bahwa Bu Lidya jga memanggilku. Barulah kusadari bahwa dari tadi ia menangis. Lalu Bu Lidya mulai menghujaniku dengan berbagai pertanyaan. Waktu itu ak blom terlalu berdosa dan berbohong, karna semua kujawab dengan jujur. Kenalah ak hukuman tidak boleh istirahat keluar kelas. Ya sudah, setelah memakan bekalku ak membaca buku2ku. Bosan.

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar